Oleh: Khairul Hibri
Sudah menjadi naluri manusia dalam mengarungi samudra kehidupan ini, ia butuh akan adanya pelindung. Pelindung sendiri akan berfungsi sebagai penjaga, pengaman ataupun pencipta kenyamanan orang yang berlindung di bawah naungannya. Semakin kuat pelindung, maka semakin nyamanlah kehidupan seseorang. Sebaliknya, rapuhnya pelindung akan memunculkan kekhawatiran dalam diri seseorang.
Dalam hal ini, melalui firman-Nya, Allah sendiri telah menjelaskan bahwa Dia adalah sebaik-baik pelindung bagi manusia. Sayangnya, tidak sedikit dari bani adam yang tertipu. Mereka berlari dari pelindungan Allah dan sibuk mencari ‘suaka’ perlindungan dari sesuatu yang ada luar-Nya, yang mereka fikir bisa memberi manfaat atau syafaat lebih besar.
Terhadap golongan ini Allah menganalogikannya dengan laba-laba yang membuat rumah untuknya berlindung di dalamnya, padahal rumah tersebut sama sekali tidak mampu memberi perlindungan bagi dirinya dari mara bahaya yang mengancam, baik itu berupa panas matahari dan dari dinginnya udara, seperti yang termaktub dalam tafsir ‘Jalalain’, ketika menafsiri firman Allah berikut ini;
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui” (al-Ankabut: 41)
Lalu, ada apa dengan rumah laba-laba?
Kelemahan Rumah Laba-Laba
Laba-laba merupakan salah satu makhluk yang menakjubkan. Bayangkan, ia dikarunia Allah kemampuan untuk membuat rumah sedemikian eloknya dengan konstruksi bangunan yang begitu rumit dan memesona. Karena keunikannya, Harun Yahya berujar, “Laba-laba adalah makhluk ahli konstruksi yang mampu melakukan perhitungan kompleks untuk membangun sarangnya. Juga sebagai desainer interior yang mampu membuat rencana-rencana rumit…………”.
Namun meski demikian, bagaimanapun juga rumah laba-laba adalah rumah yang paling rapuh di jagad bumi ini, sebagaimana yang tersurat pada ayat di atas. Bahan bangunannya merupakan bahan bangunan yang terapuh di muka bumi. Karena itu keelokkannya tidak akan pernah tahan lama. Setiap saat diintai oleh marabahaya. Rumahnya sama sekali tidak mampu memberinya keamanan dan kenyamanan. Ketika angin berhembus kencang, hujan turun menyapa bumi, atau hewan yang lebih besar ‘berkunjung’ ke rumah laba-laba, maka akan pudarlah pesona rumahnya. Yang nampak tinggallah ‘puing-puing’ runtuhannya. Hilanglah jerih-payah selama ini dalam sekejap mata.
Kondisi demikian ini, Allah perumpamakan bagi mereka yang menyandarkan diri kepada selain Allah. bagi mereka yang menyandarkan kehidupan para harta, jabatan, kedudukan ataupun semisalnya, sejatinya, menurut Allah, tak ubahnya laba-laba yang berlundung pada rumahnya yang nyata-nyata super rapun lagi lemah.
Jadi, tidak akan bisa memberikan perlindungan sedikitpun. Semua atribut yang melekat pada diri, tidak bisa dijadikan sandaran, karena semuanya dengan mudah bisa sirna, lenyap, musnah dalam sekejap mata. Dan apabila kita bersandar kepada sesuatu yang mudah roboh, maka kita juga akan ikut roboh, seperti tumbangnya kedikdayaan Fir’aun dan Qorun yang ditenggelamkan dalam laut dan perut bumi bersama ‘Tuhan-Tuhan’ mereka, yang berupa kekuasaan dan kekayaan mereka masing-masing, hanya dalam hitungan detik.
Sayang. Sekarang, gaya hidup macam ini telah menjadi salah satu model yang tak terlepaskan dalam kehidupan dunia modern; yang syarat akan nilai-nilai materialistik dan hedonisme. Kita temui, khususnya di negeri ini, betapa sekelompok orang dengan pengetahuannya berusaha untuk merebut kekuasaan dan kekayaan negeri ini. Siang dan malam mereka sibuk untuk mendapatkannya. Segala jenis tipu daya dirancang guna menyukseskan misi tersebut, tak peduli bila harus mengorbankan kepentingan orang lain. Mereka berfikir bahwa dengan memiliki itu semua, mereka akan perkasa dan selamat dari marabahaya. Sungguh angan-angan yang tak tak akan pernah berwujud nyata.
Spirit al-Qowii
al-Qowii (Yang Maha Kuat) menjadi salah satu dari 99 nama Allah (Asma’u al-Husna). Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan bahwa Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Ini adalah sebuah pemberitahuan sekaligus pengenalan diri kepada segenap manusia, khususnya orang-orang yang beriman, bahwa Dia adalah Dzat yang tiada duanya/bandingnnya.
Kepada Dzat yang Maha Kuat lagi Perkasa inilah seharusnya kita bergantung. Ketika sandaran kita kuat, bisa dipastikan akan kuat pulalah pijakkan kita, sehingga akan memberi kekuatan kepada diri ketika menghadapi suatu kondisi yang mengguncang. Tidak ada istilah keluh kesah, bagi mereka yang memiliki sandaran seperti ini, karena mereka faham bahwa pelindung mereka melarang untuk berbuat demikian. Sebalinya, Allah justru senantiasa memerintahkah kepada segenap hambanya untuk gemar mencari rahmat-Nya serta tak berputus asa.
Sungguh hanya bagi mereka yang menyandarkan diri kepada selain Allah lah yang akan memiliki keputus asaan dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Seperti firman Allah, “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf : 87)
Dalam surat lain, Allahu pun berfirman, Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa". Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat". (QS. al-Hijr : 55-56)
Sampai sini kita bisa menyimpulkan sungguh berbahaya berlindung di suatu rumah bila berkualitas seperti rumah lab-laba. Sungguh Allah adalah Zat terbaik bagi kita untuk kita jadikan pelindung.
“Hasbunallah wani’mal-wakîl, ni’mal-mawlâ, wani’man-nashîr" Artrinya: "Cukuplah Allah tempat berserah diri bagi kami, sebaik-baik pelindung kami, dan sebaik-baik penolong kami". Wallahu ‘Alamu Bish-Shawab.
0 komentar :
Post a Comment